Rasanya Jadi Penerima Tamu di Acara Pernikahan

Okay, sebelumnya gue harus meng-klarifikasi perihal penamaan judul postingan gue kali ini. Jadi, gue menjadi penerima tamu di acara pernikahannya adik nya mamah gue. Bukan acara nikahannya mantannya gue. Ya kali, gue segreget itu, engga cukup menghadiri nikahan mantan, tapi juga jadi penerima tamunya.

Minggu-minggu sebelumnya, akhirnya gue sempet pernah merasakan yang dinamakan sakit hati untuk pertama kalinya, di kehidupan nyata, sepanjang perjalanan hidup gue. *Yooiii Cerita selengkapnya Klik Disini
Itu rasanya kaya lo pernah denger lagu nya Dewi Lestari yang Malaikat Juga Tahu. Pertama kali denger liriknya yang kaya gini:
Kali ini hampir habis dayaku 
Membuktikan padamu ada cinta yang nyata
Setia hadir setiap hari
Tak tega biarkan kau sendiri
Meski seringkali kau malah asyik sendiri
Karena kau tak lihat terkadang malaikat
Tak bersayap, tak cemerlang, tak rupawan 
Namun kasih ini silakan kau aduMalaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya

Yang awalnya liriknya biasa aja, tapi tiba-tiba itu sangat membekas. Meninggalkan luka yang mendalam. *Gila, keren ga sih kata-katanya. *Dan kita bakalan bilang. Ini Lagu Gue Banget.
 ~~~

Tapi dua minggu berselang setelah kejadian itu, gue diundang untuk jadi penerima tamu, adik ibu gue yang akan melangsungkan pernikahan. Ngga ding, lebih tepatnya dipaksa.

"Pokoknya, apapun yang terjadi kamu harus dateng!" Tegas Mamah gue.

"Tapi Mah..." Kalimat gue langsung dipotong. "Nggak ada tapi-tapian. Nggak peduli ada banjir bandang, Tsunami, Petir yang menyambar-nyambar. Kamu pokoknya harus dateng. Ijin kuliahnya!"

"Tapi kan Mah..."

"Nah, kecuali gerimis, ga usah jadi dateng lagi." *Hah??? "Lagian juga nikah itu sekali seumur hidup Dan!"

"Iya Mah iya, nanti aku dateng kok." Padahal gue dalem hati Yaiyalah gila, nikah ya semua orang juga pengennya sekali seumur hidup. Emang pengennya berapa kali seumur hidup. Hah? Tapi itu hanya didalam hati yah. Gue ga mau masuk headline koran besok dengan judul. "Seorang Mahasiswa Durhaka Telah Dikutuk Menjadi Batu."

Singkat cerita gue dari Solo pulang ke Cirebon. Dan hanya satu hari di Cirebon, yang besoknya itu gue harus balik lagi ke Solo. Tujuannya ya buat jadi penerima tamu pernikahan itu.

Nah, ini adalah kali kedua pengalaman gue jadi penerima tamu pernikahan. Ada pengalaman menarik yang mau gue ceritakan. Untuk pengalaman yang kedua ini.
Seperti penerima tamu pernikahan pada umumnya, gue duduk. Di depan gue ada meja nama tamu. Nah, tugas gue adalah menerima tamu tersebut dengan sopan dan santun. Intinya cerminan keramah-tamahan dari yang nikahan itu dimulai dari penerima tamu, dan itu gue.
Tapi, ada beberapa ibu-ibu yang salah fokus.

"Selamat datang ibu..." Gue senyum manis.

"Ini pasti Jordan kan?" Tanya ibunya.

"Iya bu. Nggak salah. Sahaya Jordan." Kata gue

"Pangling loh ibu tuh sama Jordan. Sekarang udah gede, tambah ganteng." Lalu dia melanjutkan lagi. "Udah punya pacar berapa?"

"Hah?!" Gue shock. "Lagi ga punya pacar bu."

"Yaudah kalo gitu tunangan aja sama anak ibu. Anak ibu juga seumuran sama kamu." Lah dia ketawa.

Tadi gue shock, sekarang gue kejang-kejang. "Mmmm... Bu... Sahaya masih semester 4. Masih 19 tahun juga bu." Dalam hati. Gila, bu gue belum menguasai sepenuhnya tutorial bikin anak yang baik dan benar!

"Ya kan gapapa toh, mahasiswa terus nikah." Mungkin dalam hatinya juga dia ngebales gue. Ah kalo soal itu mah, cara bikin anak mah otoddidak aja Dan.

Karena gue ga tau lagi, dengan alibi seperti biasanya gue selalu bilang. "Maaf bu, udah ada yang antri di belakang." Dan gue senyum seperti biasa.
Iya, tipe-tipe ibu-ibu menyebalkan seperti ini gue jumpai untuk yang kelima kalinya hari itu juga.
Tapi ada salah satu yang paling greget. Dia memang tergolong ibu-ibu, dengan dua anak dan yah... umurnya masih sekitaran 28 tahunan. Gue kira mungkin dia masuk dalam kategori Mamah-Mamah Hot kali yah. Gitu lah pokoknya.

Dia dateng sama dua anaknya, pake mobil pick up. Eh ngga ding sorry salah fokus, maksud gue pake mobil Honda Jazz keluaran tahun 2012, dia melangkah gitu awalnya biasa aja. Dia langsung menulis nama di buku tamu. Sesaat setelah dia mau ke pengantinnya dia melihat gue dulu. Kemudian dia menghentikan langkahnya. "Jordan Yah?" Tanya dia

"Saya sendiri." Gue meng-iya kan.

"Kamu udah gede sih sekarang. Aku taunya kamu di FB. Anakku nge-fans loh sama kamu."

"Hah?" Gue cuman bisa bengong. Terus anaknya langsung ngumpet gitu.

"Oh haha alhamdulillah." Gue senyum. "Ade siapa namanya?" Hahhhh... padahal gue gasuka anak kecil.

"Maen ke rumah dulu yuk." Katanya.

"Oh iya, boleh." Dan rumahnya deket. (Dan terus ngapain lo pake mobil kampret!)

Singkat cerita langsung dirumahnya. "Aku tahu kamu waktu kamu kecil aja. Soalnya kan waktu kamu kecil itu kamu sering maen kesini. Sekarang SMA kelas berapa?"

SMA lo bilang? Gila, segini tinggi gede nya anak SMA??? "Aku kuliah di Solo, semester 4."

"Oh kuliah. Iya sih, sekarang udah gede. Kamu inget ga siapa aku?" Tanyanya.

"Udah lama ga kesini, jadi agak lupa sih. Hehe."

"Aku itu ***** Ah, udah kecil nya lucu, imut kalo tau gede nya bakal ganteng gini aku juga mau nunggu. Hahaha" Dia tertawa lepas.

Sekarang aja juga siap. Yuk langsung aja lah "Ahaha." Gue cuma bisa ketawa juga. Ya siapa yang ga mau yah, orang dia udah jadi mama mama juga masih hot kok. Udah punya dua anak tapi masih singset, langsing, sexy gitu. Bener-bener mama-mama hot.

Dan tiba-tiba suaminya datang, dan gue kenalan. Dan gue balik lagi jadi penerima tamu undangan pernikahan lagi.

~~~

Terlepas dari pengalaman tersebut, gue sempat beberapa kali memperhatikan kedua mempelai pria dan wanitanya. Bagi gue, mereka berdua terlihat sangat bahagia. Mungkin kalimat dunia ini hanya milik berdua itu pantas disematkan untuk pasangan yang tengah menikah kali yah. Dan mengutip syair dari Kahlil Gibran: 
"Apabila cinta memanggilmu, ikutilah dia walau jalannya berliku...
Dan apabila sayapnya merangkulmu... Pasrahlah, serta menyerah, walau pedang tersembunyi di sela sayap-sayap itu melukaimu..."

Dan W.S Rendra:
Selusin malaikat
telah turun
di kala hujan gerimis
Di muka kaca jendela
mereka berkaca dan mencuci rambutnya
untuk ke pesta.
Wahai, dik Narti
dengan pakaian pengantin yang anggun
bunga-bunga serta keris keramat
aku ingin membimbingmu ke altar
untuk dikawinkan
Aku melamarmu,
Kau tahu dari dulu :
tiada lebih buruk
dan tiada lebih baik
dari yang lain ……
penyair dari kehidupan sehari-hari,
orang yang bermula dari kata
kata yang bermula dari
kehidupan, pikir dan rasa.

Yah, gue tau betul. Pernikahan bukanlah suatu akhir dari perjalanan maupun perjuangan dari cinta itu sendiri. Bahkan, seorang Soe Hok Gie pernah mengatakan. Justru dengan menikah, mereka telah menodai kesucian cinta mereka. Karena Soe menganggap Pernikahan itu hanya didasari nafsu.
Akan ada banyak liku rumah tangga, tapi. Selamat menempuh hidup baru untuk weddingnya "Kiki Chang dan mempelai prianya lupa gue namanya". Tapi bodo amat lah. Intinya semoga bahagia yahhh.

Share:

12 komentar

  1. Biasanya sih yang jadi penerima tamu itu cewek-cewek yang di dandani dan pake baju kebaya seragam hmm ribet kalau jalan. Kalau ke acara pernikahaan tuh suka males kalau udah ada yang nanya "kapan nyusul" huh :(

    BalasHapus
  2. jiaaah jauh-jauh dari solo balik kecirebon buat jadi terima tamu, eloo keren banget. tapi ada keberkahakan juga menghampiri elo, udah didandani, banyak yang ngefans dan ngajakin nikah malahan. udah bang sikat ajah dulu, urusan kuliah entar dipikir sambil jalan :D hahaha

    soal pengalaman jadi terima tamu sebenernya tawaran udah banyak jadi penerima tamu tapi gue terus menolak, pernikahan mbak gue sendiri ajah gue gak mau dengan alasan malu n ada ujian disekolah. jadi aman deh dari ajakan menjadi terima tamu :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ngehahaha... Perlu digaris bawahi bang, gue ga di rias dan ga di make up. Dan gue ga mau kalo di dandanin kaya gitu.

      Tapi yah, semua itu memang ada berkahnya.

      Coba aja bang, pengalaman itu. Asal kalo mai jadi penerima tamu ya sarannya itu cuma satu, jangan mau didandanin. Titik dah.

      Hapus
  3. iya yak, biasanya yang suka jadi penerima tamu itu perempuan. ini gue baru tau ada juga laki-laki jadi penerima tamu, tapi gapapalah, yang penting makan gratis ya bro...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagi gue sih biasa sih. Asalkan pas jadi penerima tamu itu nggak di make up dan ga di rias gitu.

      Hapus
  4. kapan nyusul mas, jgn jdi penerima tamu aja donk, tpi dulu juga pernah jadi pernah penerima tamu, tpi skrng ya udh nikah :D

    BalasHapus
  5. kapan nyusul mas, jgn jdi penerima tamu aja donk, tpi dulu juga pernah jadi pernah penerima tamu, tpi skrng ya udh nikah :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Buset dah. Masih 19 tahun mas, masih belum kepikiran nikah.

      Mending banyakan pacar aja lah :-D

      Hapus
  6. mas ko mau aja jadi penerima tamu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurut ku jadi penerima tamu itu biasa aja sih.
      Ya lagian, kan gue ga di rias dan ga di make up.

      Lah ya kalo kalo kaya gitu juga ga mau gue.

      Hapus
  7. Kuliah di Solo ya? dimana? uns bukan?
    ya gpplah jd penerima tamu toh itu perbuatan yg baik dari anak ke ibu hehehehe
    Cieee ada yg ngefans huhuu

    BalasHapus

“Seorang terpelajar harus sudah berbuat adil sejak dalam pikiran apalagi dalam perbuatan.”